Senin, 27 April 2009

Badik

Disulawesi selatan atau dulunya dikenal dengan nama Celebes, terdapat beberapa Kerajaan di setiap daerah, masing-masing mempunyai senjata pusaka atau badik, yang hingga saat ini masih diwarisi oleh sebagian generasinya.

Jika dipulau jawa terkenal dengan keris mpu gandringnya lain halnya di Makassar dan Gowa, masyarakat Makassar dan Gowa, Memiliki senjata pusaka yang biasa dikenal dengan sebutan Badik atau bahasa daerahnya Bassi / kalewang lompo battang.

Disebut badik lompo battang, karena pada bagian tengah atau badan badik, berbetuk cekung menyerupai perut buncit, namun ujungnya tetaplah runcing, biasanya ukuran badik lompo battang, sedikit besar dibanding badik daerah lain.

Menurut sejarah bentuk badik tersebut merupakan filosofi kehidupan masyarakat Makassar yang sederhana dilambangkan bentuk serta pamor badik dan Watak yang Keras yang dilambangkan dengan baja dan ketajaman Badik

Sementara itu di kerajaan bone, yang mewakili masyarakat bugis atau tana ugi, juga memiliki badik yang disebut dengan kawali ugi (badik bugis). Dimana kawali ugi, dapat digolongkan berdasarkan bentuknya diantaranya : Badik To Asi, Badik Gecong dan Badik Raja.

Keragaman aneka macam badik, tentunya bukan hanya di empat daerah kerajaan bugis, makassar, gowa dan kerajaan luwu, namun hampir semua daerah di provinsi sulawesi selatan, memiliki badik dengan keragaman bentuk dan ciri khas daerah masing-masing.

Bagi masyarakat bugis makassar, atau masyarakat sulawesi selatan, khususnya laki-laki "bura"ne", dulunya sangat-lah mengindentikkan diri mereka dengan badik, dimana badik itu dijadikan sebagai lambang kejantanan "lelaki sejati".sehingga di kalangan Bugis Makassar terdapat filosofi “ Teai Bura’ne punna tena ammallaki Bassi “ ( Bukanlah seorang Lelaki jika tidak mempunyai / Memiliki Badik)

Biasanya jika laki-laki bugis-makassar, merasa dipermalukan, maka hanya ada satu kata yang mereka jadikan sebagai simbol, yaitu siri"napacce, yang terkadang harus-lah mereka selesaikan dengan jantan, yang ujung-ujungnya berakhir di ujung badik.

Namun terkikis oleh waktu dan berubahnya peradaban ini, kini hanya sebagian kecil saja laki-laki bugis-makassar, yang mempertahankan atau mengidentikan dirinya dengan badik, hal ini juga dikarenakan aturan undang-undang yang melarang masyarakat membawa badik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar