Senin, 27 April 2009

Badik

Disulawesi selatan atau dulunya dikenal dengan nama Celebes, terdapat beberapa Kerajaan di setiap daerah, masing-masing mempunyai senjata pusaka atau badik, yang hingga saat ini masih diwarisi oleh sebagian generasinya.

Jika dipulau jawa terkenal dengan keris mpu gandringnya lain halnya di Makassar dan Gowa, masyarakat Makassar dan Gowa, Memiliki senjata pusaka yang biasa dikenal dengan sebutan Badik atau bahasa daerahnya Bassi / kalewang lompo battang.

Disebut badik lompo battang, karena pada bagian tengah atau badan badik, berbetuk cekung menyerupai perut buncit, namun ujungnya tetaplah runcing, biasanya ukuran badik lompo battang, sedikit besar dibanding badik daerah lain.

Menurut sejarah bentuk badik tersebut merupakan filosofi kehidupan masyarakat Makassar yang sederhana dilambangkan bentuk serta pamor badik dan Watak yang Keras yang dilambangkan dengan baja dan ketajaman Badik

Sementara itu di kerajaan bone, yang mewakili masyarakat bugis atau tana ugi, juga memiliki badik yang disebut dengan kawali ugi (badik bugis). Dimana kawali ugi, dapat digolongkan berdasarkan bentuknya diantaranya : Badik To Asi, Badik Gecong dan Badik Raja.

Keragaman aneka macam badik, tentunya bukan hanya di empat daerah kerajaan bugis, makassar, gowa dan kerajaan luwu, namun hampir semua daerah di provinsi sulawesi selatan, memiliki badik dengan keragaman bentuk dan ciri khas daerah masing-masing.

Bagi masyarakat bugis makassar, atau masyarakat sulawesi selatan, khususnya laki-laki "bura"ne", dulunya sangat-lah mengindentikkan diri mereka dengan badik, dimana badik itu dijadikan sebagai lambang kejantanan "lelaki sejati".sehingga di kalangan Bugis Makassar terdapat filosofi “ Teai Bura’ne punna tena ammallaki Bassi “ ( Bukanlah seorang Lelaki jika tidak mempunyai / Memiliki Badik)

Biasanya jika laki-laki bugis-makassar, merasa dipermalukan, maka hanya ada satu kata yang mereka jadikan sebagai simbol, yaitu siri"napacce, yang terkadang harus-lah mereka selesaikan dengan jantan, yang ujung-ujungnya berakhir di ujung badik.

Namun terkikis oleh waktu dan berubahnya peradaban ini, kini hanya sebagian kecil saja laki-laki bugis-makassar, yang mempertahankan atau mengidentikan dirinya dengan badik, hal ini juga dikarenakan aturan undang-undang yang melarang masyarakat membawa badik.

Rumah Bugis

Sebuah kampung pada zaman dahulu kala biasanya terdiri atas sejumlah keluarga yang mendiami antara 10 ( sepuluh ) hingga 200 ( dua ratus ) rumah tangga. Rumah - rumah itu biasanya terletak berderet, menghadap ke Selatan maupun ke Barat, jika terdapat aliran Sungai di Daerah / Desa tersebut, maka akan diusahakan agar rumah – rumah tersebut didirikan / dibangun membelakangi sungai.

Pusat kampung lama orang bugis merupakan suatu tempat yang disakralkan/keramat yang biasa disebut Pocci’ Tana, dengan sebatang pohon beringin yang tumbuh besar dan rindang, seringkali juga ditemukan dengan sebuah rumah pemujaan yang disebut Saukang yang merupakan tempat tinggal Punnana Tana ( Roh Penghuni yang mempunyai tempat/daerah ).

Setelah Islam menjadi agama umum dikalangan suku Bugis, maka pada tiap kampung di samping adanya Saukang, terdapat juga langgar, musallah atau Mesjid tempat umat Islam melakukan salat.

Sebuah kampung dipimpin oleh sebuah kepala kampung yang disebut Matoa, atau Jennang atau Lompo atau To’do dengan sedikitnya dua orang pembantunya yang disebut Sariang dan Parennung.

Suatu gabungan kampung dalam susunan struktur asli disebut wanua dan dipimpin oleh seorang kepala wanua yang di sebut Arung, atau di sebut Sullewatang, atau di sebut Gallareng

Semua kepala / pemimpin baik dari Pemimpin kampung ( Matoa ) sampai kepada Pemimpin Wanua dan kerajaan ( Arung / Sullewatang ) disebut Pakkatenni ade’ atau di sebut Ade’ atau di sebut Parewa tana. Mereka yang disebut Pakkatenni ade’ di tanah Bugis pada Khususnya mempunyai pertalian darah ( Keluarga ) dengan Raja di pusat kerajaan.

Rumah – rumah orang bugis di bangun di atas tiang ( Rumah panggung ),yang terdiri atas tiga susunan, yaitu :

1. Rakkeang : merupakan bagian atas rumah di bawah atap, bagian ini di pakai untuk menyimpan padi dan lain lain untuk persediaan pangan, dan juga di sediakan tempat tempat khusus untuk menyimpan benda – benda pusaka keluarga.
2. Alebola, : Ruangan tempat tinggal manusia, yang terbagi – bagi kedalam ruangan – ruangan khusus untuk menerima tamu, tempat tidur, ruang makan dan dapur.
3. Awasao : adalah bagian bawah lantai panggung, di pakai untuk menyimpan alat pertanian, kandang ayam, ternak lainnya bagi keluarga petani. Pada keluarga pelaut/ Nelayan Awasao dipergunakan untuk menyimpan alat penangkap ikan dan yang berhubungan dengan mata pencarian kehidupannya. Pada Zaman sekarang Awasao ( Bagian bawah rumah ) itu, sering ditutup dengan dinding sehingga dapat digunakan sebagai tempat tinggal manusia atau dijadikan tempat menjual barang – barang keperluan harian ( Warung/Kios ).






Rumah – rumah orang bugis, juga di golongkan menurut kedudukan / Kasta (lapisan sosial ) dari penghuninya, berdasarkan hal tersebut maka ada 3 ( tiga ) macam rumah, Yaitu :

1. >Saoraja, : merupakan rumah besar yang didiami oleh Raja ( Arung ) atau kaum bangsawan. Ciri – cirinya antara lain :berpetak 5 ( Lima ) atau 7 (Tujuh), Timpallaja (Bumbungannya) bersusun 5 ( lima ) bagi Raja ( Arung ) yang berkuasa dan bersusun 3 ( Tiga ) bagi Bangsawan lainnya. Dan mempunyai Sapana yaitu Tangga beralas yang diatapi di atasnya. Pada Orang Bugis , rumah Saoraja yang berpetak lebih dari 7 ( Tujuh ) di Khususkan bagi tempat kediaman Raja Besar ( Arung ) Bone, Soppeng, Wajo.dan Luwu. Yang disebut juga dengan Salassa dengan ciri – ciri sama dengan Saoraja akan tetapi di pekarangan Salassa terdapat petugas Bersenjata ( Prajurit ) yang berjaga dengan pakaian resminya.

2. Saopiti : Adalah rumah tempat kediaman, bentuknya lebih kecil dari Saoraja, berpetak tidak lebih dari 4 ber bubungan 1 sampai 3, tidak mempunyai Sapana/. Biasanya didiami oleh orang baik – baik atau orang orang kaya, atau orang – orang yang berkedudukan dan terpandang dalam masyarakat.

3. Bola to Sama atau Barum Parung adalah rumah tempat kediaman buat orang kebanyakan ( Masyarakat umum ). Rata – rata berpetak 3 ( tiga ) berbubungan lapis 2 dan tidak mempunyai sapana.

PENAMAAN PAMOR

PENAMAAN PAMOR

PENAMAAN SECARA UMUM.

Banyak tosan aji mempunyai gabungan atau kombinasi dari beberapa pamor antara lain :

  • ada pamor dibagian pangkalnya lain dengan bagian ujungnya.
  • ada yang sisi bilah satu lain dengan sisi bilah lainnya.
  • Ada juga dalam satu pamor terselip pamor lainnya.


lalu bagaiman cara penamaannya ?.

Jika pamor itu merupakan kombinasi satu sama lainnya terpisah menjadi dua atau tiga kesatuan pamor maka umumnya dinamakan sederhana pamor Dwi Warna atau Tri Warna.

Gambar Atas : Pamor Dwi Warna (Wos wutah dan Adeg)

Gambar Bawah : Pamor Triwarna (Tunggak Semi, Tambal, Adeg)

Kalau pamor yang satu menyelip kedalam pamor yang lain maka pamor yang satu dianggap pamor titipan dan nama pamor tetap menggunakan nama pamor yang lebih dominan.


PAMOR YANG MENYATU ANTARA BILAH DAN GANJA.

Ada lagi bentuk pamor yang merupakan kesatuan antara bilah dan ganjanya, jadi pamornya sebagian ada pada bilah dan sebagian lainnya pada ganja.


PAMOR ASIHAN.

Bentuknya sama dengan Ngulit Semangka hanya pamornya menyambung antara bilah dan ganjanya, karena tuahnya memperlancar pergaulan termasuk antar jenis, maka pamor ini disebut Asihan. Secara lengkap disebut Pamor Ngulit Semangka Asihan. Ada juga Wos Wutah Asihan tetapi jarang sekali. Kedua pamor Ngulit Semangka dan Wos Wutah ini tidak pemilih tetapi pada pamor Asihan keris itu menjadi pemilih dan tidak setiap orang cocok.


PANCURAN MAS.

Pamor ini juga ornamennya dari bilah menyebrang ke Ganja. Pada bilahnya pamor ini sama betul dengan sada Saeler tetapi pada bagian ganja berbentuk cabang seperti lidah ular.

Tuahnya dianggap sama dengan Udan Mas dan tergolong tidak pemilih, cocok untuk semua orang.


ADEG IRAS.

Pamor Adeg yang menyebrang langsung ke Ganja, tetap bukan ditambahi Asihan melainkan dengan tambahan Iras menjadi Adeg Iras dan tuahnya sama dengan pamor Adeg lainnya.

Minggu, 26 April 2009

Macam Pamor





PAMOR KERIS


MACAM-MACAM PAMOR DAN NAMANYA

Nama untuk pamor keris berlaku juga untuk tosan aji lainnya seperti Tombak, Wedung, Pedang dsb. Khusus pamor yang pemilih yang biasanya diperuntukan untuk kedudukan tertentu atau karakter tertentu, sebaiknya di “tayuh” dahulu apakah cocok atau tidak sedangkan yang tidak pemilih bisa dimiliki oleh siapa saja.

WOS WUTAH.

Pamor yang paling banyak dijumpai, bentuknya tidak teratur tetapi tetap indah dan umumnya tersebar dipermukaan bilah. Ada yang berpendapat pamor ini pamor gagal, saat si empu ingin membuat sesuatu pamor tetapi gagal maka jadilah Wos Wutah. Tetapi ini dibantah dan beberapa empu dan pamor ini memang sengaja dibuat serta termasuk pamor tiban.

Pamor ini berkhasiat baik untuk ketentraman dan keselamatan pemiliknya, bisa digunakan untuk mencari rejeki, cukup wibawa dan disayang orang sekelilingnya, pamor ini tidak pemilih.

NGULIT SEMANGKA

Sepintas seperti kulit semangka, tuahnya seperti Sumsum Buron, memudahkan mencari jalan rejeki dan mudah bergaul pada siapa saja dan dari golongan manapun. Pamor ini tidak memilih dan cocok bagi siapa saja.

TAMBAL.

Mirip goresan kuas besar pada sebuah bidang lukisan. Tuahnya biasanya menambah kewibawaan dan menunjang karier seseorang. Menurut istilah Jawa bisa menjunjung derajat. Pamor ini termasuk pemilih dan tidak setiap orang cocok.

PULO TIRTO.

Seperti Wos Wutah hanya gumpalan gambarnya terpisah agak berjauhan, seperti bentuk pulau pada peta. Tuahnya sama dengan pamor Wos Wutah.

SUMSUM BURON.

Pamor ini juga mirip Wos Wutah, gumpalan juga terpisah agak berjauhan seperti Pulo Tirto hanya agak lebih besar dan lebih menyatu. Tuahnya baik, tahan godaan dan murah rejeki serta tidak pemilih.

MELATI RINONCE.

Bentuknya mirip pamor Rante tetapi umumnya bulatannya lebih kecil dan tidak berlubang. Bulatan itu berupa pusaran pusaran mirip dengan pamor Udan Mas tetapi agak lebih besar sedikit.

Tuahnya mencari jalan rejeki dan menumpuk kekayaan. Untuk pergaulan juga baik, pamor ini tidak memilih dan bisa digunakan siapa saja.

RANTE.

Tuah utama pamor ini adalah untuk menampung dan mengembangkan rejeki yang didapat. Bisa mengurangi sifat boros, tetapi bukan pelit.

Cocok untuk semua orang baik digunakan berdagang atau berusaha. Bentuknya agak mirip pamor Melati Rinonce, hanya bedanya pada bulatannya ada semacam gambar “lubang”.

ADEG.

Pamor Adeg banyak dijumpai, tergolong pamor pemilih tetapi lebih banyak yang cocok daripada tidak. Tuahnya terutama sebagai penolak, ada yang menolak guna-guna, ada yang menolak wabah, angin ribut, banjir dan lainnya. Ada yang hanya menolak satu sifat ada yang beberapa sifat penolakan.

MRAMBUT.

Sepintas seperti Adeg, bahkan ada yang menyamaratakan dengan membuat istilah baru Adeg-Mrambut. Padahal sebenarnya lain. Pamor Mrambut alurnya terputus-putus. Tuahnya hampir sama dengan pamor Adeg. Tergolong pemilih, tidak semua orang cocok.

SEKAR LAMPES.

Tuah dari pamor ini mirip dengan pamor Tumpal Keli. Hanya pada pamor Sekar Lampes umumnya juga mengandung tuah yang menambah kewibawaan pemakainya dan tergolong pamor yang tidak pemilih.

ILINING WARIH.

Rejeki yang lumintu, walaupun sedikit demi sedikit tetapi selalu ada saja. Itulah yang utama tuah dari Ilining Warih. Selain soal rejaki, pamor ini juga baik untuk pergaulan. Tidak memilih dan umumnya cocok untuk siapapun.

BLARAK NGIRID.

Disebut juga kadang dengan “Blarak Sinered”, tapi ada juga yang menyebut Blarak Ngirid lain dengan Blarak Sinered. Tuah utamanya menambah kewibawaan dan juga baik untuk pergaulan karena disayang orang sekelilingnya, baik pihak atasan atau bawahan. Pamor ini tergolong pemilih.

RON PAKIS.

Mirip sekali dengan Blarak Ngirid, hanya pada bagian tepinya seolah ada sobekan. Tergolong pemilih dan tuahnya untuk kewibawaan serta keberanian (tatag-bhs jawa). Baik dimiliki oleh orang yang berkecimpung dibidang Militer dan Keprajuritan.

KOROWELANG.

Juga hampir sama dengan Blarak Ngirid atau Ron Pakis, tetapi “daun” nya lebih besar dan lebih menyatu. Tuahnya juga hampir sama dengan Blarak Ngirid, tetapi fungsi pergaulannya lebih besar dari fungsi wibawanya. Beberapa keris dengan pamor ini (tidak semua) baik juga untuk mencari jalan rejeki. Tergolong pamor pemilih.

RON GENDURU.

Ada yang menyingkat menjadi RONGENDURU atau menyebut RON KENDURU. Agak mirip Ganggeng Kanyut tetapi relatif susunannya lebih teratur dan rapi. Tuahnya berkisar pada kewibawaan dan rejeki. Baik digunakan untuk pengusaha yang punya banyak anak buah. Tergolong pamor pemilh.

MAYANG MEKAR.

Bentuknya indah sekali seperti daun Seledri, tuahnya memperlancar pergaulan dan dikasihani orang sekeliling. Beberapa diantaranya malah bertuah memikat lawan jenis. Tergolong pamor pemilih.

WIJI TIMUN.

Menyerupai biji ketimun. Hampir sama dengan pamor Uler Lulut tetapi lebih kecil dan lonjong. Tuahnya juga untuk mencari jalan rejeki. Ada sedikit unsure kewibawaan. Baik untuk pedagang maupun untuk pengusaha. Pamor ini agak pemilih.

KENONGO GINUBAH.

Tuahnya menarik perhatian orang. Pergaulannya baik dan diterima digolongan manapun. Tetapi pamor ini termasuk pemilih.

WALANG SINUDUK.

Bentuknya mirip dengan satai belalang. Posisi belalang-belalangnya bisa miring kekiri, bisa kekanan. Tuah utamanya mempengaruhi orang lain. Wibawanya besar sehingga baik dimiliki oleh pemuka masyarakat, guru, pemimpin politik. Tergolong pamor pemilih.

TUMPAL KELI.

Tuahnya baik untuk pergaulan. Bisa menunjang karier karena pemiliknya akan disayang atasan. Termasuk pamor tidak pemilih.

BENDOSEGODO.

Bentuknya menyerupai bulatan menggumpal dari bawah keatas. Tuahnya untuk jalan rejeki dan pergaulan serta ketentraman rumah tangga. Tergolong tidak pemilih.

MELATI SINEBAR.

Mirip pamor Tetesing Warih, merupakan bulatan bersusun rangkap tiga atau lebih tetapi bulatannya tidak sempurna betul dengan garis tengah sekitar 1 cm. Tempatnya ditengah bilah dan jarak satu bulatan dengan lainnya sekitar 1 cm atau lebih. Pamor ini tergolong tidak pemilih dan tuahnya untuk mencari rejeki.

MANIKEM.

Tergolong pamor langka dan hanya dijumpai dikeris muda terutama tangguh Madura. Bentuknya mirip Melati Rinonce atau Melati Sato-or tetapi garis penghubung antar bulatan-bulatannya lebih gemuk, lebih lebar. Sedangkan bulatannya juga lebih lebar dibandingkan Melati Rinonce, bahkan ada yang hampir menyentuh tepi bilah. Tergolong tidak pemilih dan bertuah memudahkan mencari rejeki.

SEKAR KOPI.

Ditengah bilah ada pamor yang menyerupai garis tebal dari sor-soran sampai dekat ujung bilah. Dikiri kanan garis tebal ini terdapat lingkaran-lingkaran bergerombol atau berkelompok. Satu kelompok terdiri dari dua atau tiga lingkaran menempel pada garis tebal seolah-olah biji kopi menempel pada tangkai bijinya. Tuahnya memperlancar rejeki tergolong tidak pemilih tetapi termasuk pamor langka.

BONANG RINENTENG.

Ada yang menyebutnya Bonang Sarenteng, agak mirip dengan pamor Sekar Kopi tetapi bulatannya hanya satu. Boleh dikiri-kanan secara simetris atau selang seling. Baik Bonang Rinenteng ataupun Sekar Kopi, bulatannya seperti pusaran di pamor Udan Mas. Tergolong tidak pemilih dan memudahkan mencari rejeki.

JUNG ISI DUNYA.

Bentuknya mirip Putri Kinurung. Bedanya bulatan-bulatan kecil yang terdapat pada “kurungan” bulatan relatif lebih besar. Ada juga yang bentuknya sepintas mirip pamor Bendo Segodo. Tuahnya untuk “menumpuk” kekayaan dan tidak pemilih.

WULAN-WULAN.

Di Jawa Timur disebut Bulan-Bulan. Mirip Melati Sinebar atau mirip Bendo Segodo. Bedanya pada pamor Wulan-Wulan , bagian tengahnya berlubang jelas. Tuahnya memudahkan mencari jalan rejeki dan mengikat langganan. Sering disimpan ditoko atau warung.

TUNGGAK SEMI.

Pamor ini terletak ditengah Sor-soran, bentuk seperti tampak digambar samping. Berkombinasi dengan pamor Wos Wutah. Tuahnya untuk mendapatkan rejeki walau bagaimanapun kecilnya. Tidak termasuk pamor pemilih.

BAWANG SEBUNGKUL.

Bentuknya memang mirip bungkul bawang, berlapis-lapis. Paling sedikit ada lima lapisan dan terletak di sor-soran. Tuahnya dibidang rejeki , untuk pengembangan modal. Cocok untuk orang yang bekerja di Bank dan pengembangan modal. Tidak pemilih.

UDAN MAS.

Pamor ini banyak dicari orang, terutama pedagang dan pengusaha. Bentuknya merupakan pusaran atau gelang-gelang berlapis, paling sedikit ada tiga lapisan. Letaknya ada yang beraturan dan ada yang berserakan. Pamor ini sering pula berkombinasi dengan Wos Wutah atau Tunggak Semi. Manfaatnya untuk mencari rejeki dan tidak pemilih.

SISIK SEWU.

Seperti gambar sisik ikan, tetapi bila diperhatikan seperti pamor Udan Mas menggumpal menjadi satu, namun pamor ini kurang begitu dikenal, mungkin karena memang jarang. Selain untuk rejeki juga untuk meningkatkan wibawa. Cocok bagi pengusaha dengan banyak karyawan.

PUTRI KINURUNG.

Bentuknya menyerupai gambaran danau dengan tiga atau lebih “pulau” ditengahnya. Letaknya ditengah sor-soran. Tuahnya untuk memudahkan mencari rejeki dan mencegah sifat boros. Bisa diterima dikalangan manapun. Tidak pemilih.

GUMBOLO GENI.

Sering juga disebut “Gumbolo Agni” atau “Gumbolo Gromo”. Letaknya ditengah sor-soran dan gambarnya seperti “binatang Kala” dengan posisi ekor seperti menyengat. Tuahnya baik, wibawanya besar dan bisa untuk “singkir baya”, baik dimiliki oleh pimpinan sipil ataupun militer. Termasuk pamor pemilih.


TANGKIS.

Panamaan dari pamor yang hanya terdapat pada satu sisi saja dan sisi lain tanpa pamor alias kelengan, kadang kalau pamor atau bentuk bilah berlainan kiri-kanan sering juga disebut pamor Tangkis. Namun ini harus diperhatikan juga apakah memang tidak ada pamornya ataukah sudah hilang karena terkikis atau aus. Kalau karena aus maka ini bukan pamor Tangkis. Tuahnya menolak wabah penyakit.

PENGAWAK WAJA.

Ini istilah untuk keris TANPA pamor sama sekali. Pada keris muda, Pengawak Waja memang tidak diselipi bahan pamor, tetapi pada keris tua masih mengandung bahan pamor walau tidak kelihatan karena penempaan dibuat ratusan kali bahkan ribuan kali lipatan sehingga sudah menyatu dan luluh bilahnya. Hanya tampak seperti urat halus atau serat saja.

Tuahnya susah dibaca, hanya mereka yang mengetahui ilmu esoteri saja yang bisa membaca.

TRIMAN.

Ada yang menyebut Pamor TARIMO, mirip sekali dengan WOS WUTAH, tetapi agak rapat dan pamor ini tiba tiba berhenti ditengah bilah, kadang hanya ada di sor-soran saja. Pamor ini sesuai untuk yang berusia lanjut, pensiunan dan tidak lagi memikirkan soal duniawi. Baik juga dipunyai oleh yang bersifat brangasan, suka marah tetapi kurang baik dipunyai oleh mereka yang masih aktif bekerja.

ANDHA AGUNG.

Mirip pamor Rojo Abolo Rojo tetapi ukurannya relatif lebih kecil. Terletak ditengah bilah biasanya dikelilingi pamor Wos Wutah dan panjang hanya sepertiga atau setengah bilah. Tuahnya menyangkut kederajatan dan kewibawaan. Tergolong pamor tidak pemilih.

KUL BUNTET.

Mirip pamor Batu Lapak, bedanya pusarannya hanya satu dan alurnya melingkar dan secara keseluruhan lebih bulat dibandingkan pamor Batu Lapak. Tuahnya hampir sama dengan Batu Lapak tetapi Kul Buntet punya nilai rejeki. Selain menghidarkan bahaya juga menghalangi usaha penipuan. Umumnya pamor ini baik untuk semua orang.

KUTO MESIR.

Ada yang menyebut “Kutu Mesir” atau “Kutu Masir”. Bentuknya terdiri dari tumpukan gelang gelang tidak begitu bulat tetapi cenderung agak persegi. Letaknya dibagian sor-soran dan tuahnya hampir sama dengan Kul Buntet tetapi fungsi rejeki nya lebih kuat. Biasanya dicari pedagang, pengusaha dan pejabat tinggi. Pamor ini sering dikombinasi dengan pamor lain seperti Wos Wutah dan Tunggak Semi.

DAN RIRIS.

Ada yang menyebut Udan Riris, ada yang penuh dari sor-soran sampai ujung bilah, ada yang “mengisi” sebagian bilah saja. Walau bentuknya tidak seindah pamor Nogorangsang namun umumnya tuahnya lebih kuat. Selain kewibawaan dan kepemimpinan ada fungsi untuk menolak guna-guna. Pamor ini pemilih.

REGED BANYU.

Pamor ini ada yang menghias seluruh bilah, ada yang sebagian saja, tidak dari sor-soran keujung bilah. Tuahnya untuk melindungi si pemilik dari musibah mendadak. Bahasa Jawanya “Singkir Baya” atau “Tulak Bilahi”. Pamor ini tidak pemilih.

ROJO SULEMAN.

Ada yang menyebut pamor Nabi Sulaiman. Banyak pula yang mengatakan ini adalah rajanya pamor. Letaknya ditengah sor-soran. Tuahnya memang merupakan kumpulan dari hal-hal yang baik, positip. Menghindari bahaya dan mencari jalan rejeki, wibawanya kuat, disayang dan disegani orang disekilingnya. Namun pamor ini punya sifat “memilih”.

BATU LAPAK.

Bentuknya menyerupai pusaran yang melingkar-lingkar, biasanya lebih dari lima. Letaknya di sor-soran tengah. Tuahnya “Singkir Baya”. Baik untuk anggota Militer ataupun orang biasa. Berkhasiat bagi yang mempelajari kekebalan, bela diri. Pamor tidak memilih.

SIRAT.

Kadang disebut “Teja Bungkus” atau “Bima Bungkus”, baik dipegang oleh mereka yang punya posisi pimpinan karena factor wibawa, kepemimpinan dan disayang anak buah.

TUNGGUL WULUNG.

Yang baik kalau pamor Tunggul Wulung ini merupakan pamor tiban. Bentuknya mirip gambar anak yang sangat sederhana, hanya kepala, tangan dan kaki dan menempati daerah blumbangan. Tuahnya menolak berbagai macam penyakit dan tidak memilih tetapi pemiliknya harus berperi-laku baik, tak boleh menyeleweng. Tergolong pamor langka.

LINTANG KEMUKUS.

Disebut juga “Kukus Tunggal”, bentuknya seperti Sodo Saler, hanya dibagian sor-soran pamor ini menggumpal. Gumpalan ini boleh berupa Benang Setukel atau Tunggak Semi atau Wos Wutah atau juga Bawang Sebungkul. Selain dipercaya membawa rejeki juga untuk ketenaran dan menambah wibawa. Tidak pemilih.

PANCURAN MAS.

Banyak dicari pedagang dan pengusaha karena dipercaya membawa keberuntungan bagi pemiliknya, lagipula tidak pemilih. Bentuknya mirip Sada Saler tetapi dibagian ganjanya tepat diujung Sada Saler pamornya seperti bercabang dua.

SADA SALER.

Arti harfiahnya Lidi Sebatang, bentuknya sesuai dengan namanya. Berupa garis lurus membujur sepanjang bilah. Tuahnya ada yang untuk menambah kewibawaan, ketenaran (populeritas) atau keteguhan iman dan pamor ini cocok untuk semua orang.

WENGKON.

Ada yang menamakan pamor Tepen. Bentuknya mirip bingkai (wengkon artinya bingkai). Tuahnya untuk perlindungan, ada yang untuk menghindari dari godaan, ada yang memperbesar rasa hemat dan ada yang untuk menghindari dari guna-guna.

KUDHUNG.

Pamor ini selalu terletak diujung bilah dan tuahnya seperti namanya untuk melindungi pemiliknya dari serangan guna-guna dan perlindungan dalam situasi darurat. Pamor ini sering digunakan untuk “penunggu rumah”.

SATRIYA PINAYUNGAN.

Ada dua macam pamor Satriya Pinayungan. Yang pertama pamor pada bagian sor-soran, apa saja bentuknya, bisa Wos Wutah, lalu diatas pamor itu (dekat ujung bilah) terdapat pamor Kudhung.

Yang kedua, motif pada sor-soran menyerupai Udan Mas tapi bentuknya teratur. Tiga bulatan mendatar diteruskan beberapa bulatan keatas.

Tuahnya sama, membi perlindungan bagi pemiliknya dari perbuatan sirik orang lain. Walau keduanya tidak pemilih tetapi pamor yang pertama lebih cocok untuk mereka yang bekerja di pemerintahan sedangkan yang kedua untuk wiraswasta.

Untuk yang pertama dianut oleh penggemar keris dari Solo ketimur, sedang kedua oleh penggemar dari Yogya ke barat, mana yang benar tetapi pendapat keduanya diterima oleh sebagian besar penggemar keris.

BADAELA.

Pamor ini tuahnya buruk, ada yang menyebut pamor Bebala. Sebaiknya dilarung saja sebab pemiliknya akan kena pindah, dicurigai serta menerima akibat buruk pekerjaan orang lain

SEGARA WEDHI.

Terjemahan dalam Bahasa Indonesia, Gurun Pasir. Namun sifat tuahnya bukan berarti “kering kerontang” atau “gersang” melainkan justru baik. Menurut banyak orang tuahnya mudah mendapatkan rejeki. Mirip Udan Mas tetapi bulatannya lebih kecil dan lebih banyak serta tersebar diseluruh permukaan bilah. Pamor ini tergolong tidak pemilih.

UNTU WALANG.

Arti harafiahnya “Gigi Belalang”, tuahnya menambah kewibawaan seseorang. Dituruti kata katanya dan pamor ini tergolong pemilih, hanya orang yang punya kedudukan cukup tinggi bisa cocok. Untuk guru dan pendidik biasanya juga cocok.

TUNDUNG.

Tergolong pamor yang buruk tuahnya. Sipemilik akan sering pindah rumah atau diusir oleh sesuatu sebab. Rumahtangga tidak tentram dan dijauhi rejeki. Sebaiknya dibuang saja.

ENDAS BAYA.

Tuahnya buruk, sipemilik sering dapat musibah karena tingkah lakunya sendiri. Sebaiknya dibuang saja karena siapapun pemakainya akan selalu sial.

DHADHUNG MUNTIR.

Mirip Sada Saler tetapi “garis” ditengah bilah mempunyai motif seperti pilinan tambang atau dhadhung. Tuahnya sama dengan Sada Saler, menyangkut kewibawaan, keteguhan hati. Pamor ini banyak terdapat pada keris buatan Madura dan tergolong pamor pemilih.

RAHTAMA.

Terletak dibagian sor-soran merupakan pamor tiban diantara pamor dominan seperti Wos Wutah dan Ngulit Semangka. Baik sekali jika diberikan pada suami-istri yang baru menikah dengan harapan agar memperoleh anak yang soleh dan berbudi luhur.

PUSAR BUMI.

Disebut juga Puser Bumi. Bentuknya mirip Udan Mas tetapi dengan skala yang jauh lebih besar, minimal sebesar koin limapuluh rupiah dan kadang sampai 8 cm, terutama pada bilah tombak. Pamor ini tergolong pamor miring, merupakan lingaran yang berlapis dan bukan melingkar seperti obat nyamuk, tuahnya baik tetapi pemilih dan tidak semua orang “kuat” memilikinya. Umumnya dipercaya sebagai pamor yang baik untuk menjaga rumah.

LINTAS MAS.

Letaknya dibagian tengah sor-roran, paling sedikit jumlah pusaran-pusarannya ada lima buah. Baik untuk berdagang terutama perhiasan. Pamor ini pemilih dan tuahnya hanya bisa dirasakan oleh yang cocok saja.

SODO SALER.

Bentuknya merupakan garis lurus dari sor-soran keujung bilah. Tuahnya untuk kewibawaan dan keprajuritan serta meneguhkan dalam mencapai cita-cita, baik untuk militer atau yang berambisi mencapai sesuatu cita-cita. Tergolong pemilih.

NUR.

Letaknya ditengah sor-soran, mirip huruf S. tuahnya baik terutama untuk guru, pemimpin atau orang yang dituakan serta wibawanya besar, punya sifat pelindung dan tempat bertanya orang lain. Sifatnya pemilih, untuk yang masih “muda” umumnya kurang kuat.

SEKAR SUSUN.

Hampir seperti Melati Rinonce tetapi ukuran bunganya lebih besar. Bentuk bunga seperti bulatan pada pamor Bendo Segodo. Memudahkan dalam mencari rejeki dan tidak pemilih. Hanya ditemukan pada keris keris yang relatif muda.

Masih banyak lagi pamor yang kami belum data ketemukan, pamor buatanpun sering tidak terdata dengan baik dan kadang penamaan pamor juga hanya berdasarkan gambar yang terjadi belum ada padanannya atau juga karena timbul kreasi baru dari sipemesan keris kepada sang empu agar dibuatkan pamor sesuai rancangannya.


Semua masukan mengenai pamor yang baik tercantum didalam tulisan ini ataupun belum tercantum sangat diharapkan untuk melengkapi data dan kekayaan informasi pamor agar informasi itu tidak hilang begitu saja.