Minggu, 09 Agustus 2009

Mengenal Kab. bone lebih Dekat

Kerajaan Bone adalah salah satu kerjaan terbesar disulawesi selatan Kerajaan Bone banyak mewarikan benda-benda pusaka yang masih dilestarikan oleh Masyatakat bone. Pusaka-pusaka Kerajaan Bone banyak mengandung unsure magic jadi tidak sertamerta melakukan perawatan Pusaka Kerajaan bone harus melakukan sebuah Ritual yang dimana ritual tersebut di pimpin oleh Para Bissu Kerajaan Bone. Ucapara Adat Pencucian Pusaka Kerjaaan Bone ini sering disebut dengan Mattompang Arrajang.
Mattompang Arrajang atau Pencucian Pusaka Kerajaan Bone, adalah merupakan salah satu upacara adat yang sakral, yaitu upacara mensucikan benda-benda pusaka Kerajaan Bone yang disebut “Mappepaccing Arajang” atau dalam istilah pangadereng (adat) disebut “Rilangiri dan secara khusus disebut “Mattompang Arajang” Yang dimaksud dengan Arajang ialah benda atau sekumpulan benda yang sakral karena memiliki nilai magis dan pernah dipergunakan oleh raja atau pembesar kerajaan. Benda-benda tersebut disimpan secara khusus dan sangat dihormati. Pada zaman dahulu, Mappepaccing Arajang dilaksanakan oleh para Bissu atas restu raja atau mangkau di dalam ruangan tempat penyimpanan arajang tersebut. Adapun tahapan prosesi Mattompang Arajang dilaksanakan dengan tatacara sebagai berikut:
• Mappaota
Ketua Adat mempersembahkan Daun Sirih yang diletakkan dalam sebuah Cawan kepada Bupati Bone sebagai laporan bahwa upacara adat akan segera dimulai. Selanjutnya diiringi oleh para Bissu ke tempat Arajang.
• Penjemputan Benda-benda Pusaka dari Tempat Arajang
Puang Matoa mempersembahkan Sekapur Sirih (Ota) di depan arajang sebagai ungkapan penghargaan kepada hal-hal gaib sembari memohon izin untuk membersihkan Arajang. Proses ini diawali dengan seperangkat bunyi-bunyian dari tempatnya dan diiringi dengan tarian yang disebut “Sere Aluasu” oleh para Bissu. Secara religius para Bissulah yang menggerakkan dan memindahkan Arajang atas persetujuan raja, karena mereka dianggap mengetahui serta mampu berhubungan dengan gaib yang menyertai Arajang tersebut. Kemudian Arajang diserahkan kepada tokoh adat, kemudian dibawa ke hadapan Bupati Bone untuk dikeluarkan dari sarungnya dan diletakkan kembali tanpa sarung.
• Mattompang
1. La Tea Ri Duni Sebuah kalewang yang disebut Alameng Sarung serta hulunya dilapisi emas dan dihiasi intan permata
2. Lamakkawa Sebuah keris yang disebut Tappi Tata Rapeng yang seluruh sarung dan hulunya dilapisi emas
3. La Salaga Sebuah tombak yang pada pegangan dekat mata tombak dihiasi emas. Tombak ini merupakan simbol kehadiran raja
4. Alameng Tata Rapeng Sejenis kalewang yang hulu serta sarungnya berlapis emas dan merupakan kelengkapan pakaian kebesaran Ade Pitu (Hadat Tujuh semacam legislatif masa kini)
Tokoh adat membawa Arajang kepada Pattompang untuk disucikan atau ditompang yang diiringin dengan Gendrang Bali SumangE sampai proses mattompang selesai. Adapun benda-benda pusaka kerajaan Bone yang disucikan (ditompang) yaitu Terbuat dari emas murni yang terdiri 63 potongan yang panjangnya 1,77 meter. Pada kedua ujungnya tergantung 2 buah medali emas yang bertuliskan bahasa Belanda sebagai tanda Penghargaan Pemerintah Kerajaan Belanda kepada Arung Palakka raja Bone ke-15. Sembangeng Pulaweng (Salempang Emas). Benda-benda kerajaan yang ditompang (disucikan) anatara lain :
Setelah dibersihkan, Arajang diperhadapkan kembali kepada gubernur / Bupati Bone untuk disarungkan. Kemudian Tokoh Adat dan para Bissu menuju ke tempat Arajang untuk menyimpan kembali benda-benda pusaka tersebut ketempat semula.
Pusaka Kerajaan Bone merupakan Pusaka yang tak ternilai harganya sudah merupakan kewajiban kita untuk tetap menjaga kearifan local semacam ini untuk tetap menumbuhkan tunas baru para pelestari kebudayaan bugis makassar yakni tidak lain adalah Masyatakat Bugis Makassar sendiri. Mari Kita Melihat Ucapara Sakral Pencucian Pusaka-Pusaka Kerajaan Bone yang telah ditinggalkan oleh sang Pembebas yakni Arung Palakka, La Tenri Tata, Petta To Malamppe Gemmena.Mari Kita Lihat Dengan Gambar.